Rabu, 24 September 2014

Ciri, Kebudayaan, Makanan khas Makassar

Makassar adalah kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar terkenal dengan ciri, kebudayaan, dan makanannya yang unik dan menarik. Berikut ini adalah macam-macam dari ciri, kebudayaan, serta makanan-makanan khas Kota Makassar.

CIRI KOTA MAKASSAR

1. Pantai Losari





Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar. Pantai ini menjadi tempat bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah.
Pada sore hari, semua orang bisa menikmati proses atau detik-detik tenggelamnya matahari atau yang dinamakan sunset.













 2. Pantai Akkarena





Satu lagi pesona pantai santai diperkenalkan kota Makassar kepada publik Indonesia dan internasional. Pantai Akkarena terletak di sepanjang Jalan Metro, Kecamatan Tamalate, sekitar 3 km dari pusat kota Makassar.
Total wilayah pesisir Tanjung Bunga yang dikembangkan sebagai Pantai wisata Keluarga Akkarena ini mencapai 10 Ha. Dengan keindahan panorama pantainya serta matahari terbenam, Pantai Akkarena menawarkan berbagai sarana untuk bersantai, bermain dan berolah raga bagi seluruh keluarga


3. Fort Rotterdam



Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.



Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.






4. Pulau Kayangan



Pulau Kayangan adalah sebuah pulau kecil berpasir putih seluas sekitar 1 ha dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kelurahan Bulo Gading, Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasinya berjarak ± 0,8 km dari Kota Makassar, tidak jauh dari Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, atau dapat ditempuh 15 menit perjalanan dengan menumpang perahu boat 36 PK yang khusus disediakan bagi para pengunjung. Pulau ini dulunya bernama Marrouw atau Meraux.
Pulau Kayangan mempunyai beberapa fasilitas seperti tempat penginapan, resort/pondokan, panggung hiburan, restoran, gedung serba guna, tempat bermain bagi anak-anak, sarana olah raga, dan anjungan memancing. Di bagian lain terdapat sejumlah aquarium yang menampung beraneka ragam jenis ikan hias air laut. Daya tarik : Berenang, panorama matahari terbenam (sunset), olah raga air, musik & pertunjukan, permainan anak-anak, akuarium.


5. Pulau Samalona



Samalona adalah sebuah pulau kecil di Selat Makassar, tepatnya di sebelah barat daya pantai barat Sulawesi Selatan. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Posisi lebih tepatnya berada di sebelah barat kecamatan Wajo, Makassar, berjarak sekitar 2 km dan bisa dilihat dengan jelas dari kecamatan tersebut.
Untuk menuju pulau ini bisa menggunakan perahu nelayan (perahu dengan mesin tempel) dan memerlukan waktu tempuh tidak lebih dari 0,5 jam. Di pulau ini berdiri sebuah mercu suar yang digunakan sebagai tanda batas daratan bagi kapal-kapal berbadan besar.
Samalona adalah kepulauan yang bisa dilihat jelas dari Benteng Fort Rotterdam di daerah Keling – Makassar. Mandalika hanya berjarak 500 meter dari bibir tebing Benteng Fort Rotterdam.


6. Pelabuhan Paotere



Poetere (pelabuhan tradisional) merupakan tempat persinggahan kapal layar masyarakat Sulawesi yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Terdapat berbagai macam kapal layar dalam gaya dan bentuknya.
Terletak di Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. Pelabuhan yang berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu Phinisi ke Malaka.



7. Trans Studio
Trans Studio Resort Makassar adalah kawasan wisata terpadu di Makassar, Indonesia. Trans Studio dibangun seluas 12,7 hektare dengan investasi mencapai Rp 1 triliun. Proyek ini diresmikan pada 9 September 2009 oleh Bapak Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla. Fasilitas yang dibangun di antaranya pusat perbelanjaan yang meliputi Trans Walk dan Trans Rodeo Drive, kemudian Trans Studio, Trans Hotel, serta kantor Bank Mega. Gedung Trans Studio dibangun seluas 22.000 m² dengan tinggi 20 meter yang merupakan taman hiburan indoor terbesar ke 3 di Dunia.




8. Karebosi
Kalau ini, satu – satunya MAL di bawa tanah ( di bawa lapangan KAREBOSI )


Fasilitas karebosi tambah lengkap dengan kehadiran lapangan futsal. Carefour itu berada di bawah lapangan Karebosi ada juga pizza hut, food court, game zone, kios ponsel/laptop/elektronik/dll…. Dan lapangan ini sering sy lihat diambil mereka-mereka yg akan melangsungkan pernikahan sebagai lokasi foto pre-wedding …

KEBUDAYAAN KOTA MAKASSAR

1. Baju Bodo
 
Baju Bodoini terbuat dari bahan khas dari daerah ini sendiri. Baju ini biasa nya di pakai para pengantin yang berasal dari daerah ini sendiri dan tak lupa pula lengkap dengan aksesorisnya yang berupa anting, gelang, dan kalung. Dan baju ini pula bisa juga di pakai dalam acara-acara lain. Dan unik nya lagi  baju ini di padukan dengan sarung yang juga bahan yang khas dari daerah ini, sarung ini biasa nya digunakan dengan cara di ikat dengan tali plastik.


2. Tari Pakarena Ma'lino

Tari Pakarena Ma'lino dalam bahasa Makassar adalah membumi. Dengan berpijak pada nilai-nilai tradisi setiap manusia akan mampu bertahan atau menjauhkan dirinya dari nilai-nilai yang pengaruh negatif diluar dirinya. Tarian ini terinspirasi dari tarian Pakarena, tarian klasik dari Makassar yang merupakan cerminan dari sikap dan kepribadian masyarakat Bugis-Makassar yaitu kesabaran dan keteguhan hati seorang wanita. Laksana karang yang ditengah lautan tetap kokoh walaupun diterjang sang ombak.

3. Busana Adat Pria


Terdiri atas baju, celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala atau passapu. Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada. Model baju yang tampak adalah berlengan panjang, leher berkrah, saku di kanan dan kiri baju, serta diberi kancing yang terbuat dari emas atau perak dan dipasang pada leher baju.
Khusus untuk tutup kepala, bahan yang biasa digunakan berasal dari kain pasapu yang terbuat dari serat daun lontar yang dianyam. Bila tutup kepala pada busana adat pria Makasar dihiasi dengan benang emas, masyarakat menyebutnya mbiring. Namun jika keadaan sebaliknya atau tutup kepala tidak berhias benang emas, masyarakat menyebutnya pasapu guru. Biasanya, yang mengenakan pasapu guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang melambangkan satus sosial pemakainya.
Kelengkapan busana adat pria Makasar yang tidak pernah lupa untuk dikenakan adalah perhiasan seperti keris, gelang, selempang atau rante sembang, sapu tangan berhias atau passapu ambara, dan hiasan pada penutup kepala atau sigarak. Keris yang senantiasa digunakan adalah keris dengan kepala dan sarung yang terbuat dari emas, dikenal dengan sebutan pasattimpo atau tatarapeng.

 4. Busana Adat Wanita


Terdiri atas baju dan sarung atau lipa. Ada dua jenis baju yang biasa dikenakan oleh kaum wanita, yakni baju bodo dan baju labbu dengan kekhasannya tersendiri. Baju bodo berbentuk segi empat, tidak berlengan, sisi samping kain dijahit, dan pada bagian atas dilubangi untuk memasukkan kepala yang sekaligus juga merupakan leher baju. Adapun baju labbu atau disebut juga baju bodo panjang, biasanya berbentuk baju kurung berlengan panjang dan ketat mulai dari siku sampai pergelangan tangan. Bahan dasar yang kerap digunakan untuk membuat baju labbu seperti itu adalah kain sutera tipis, berwarna tua dengan corak bunga-bunga. Kaum wanita dari berbagai kalangan manapun bisa mengenakan baju labbu.
Pasangan baju bodo dan baju labbu adalah kain sarung atau lipa, yang terbuat dari benang biasa atau lipa garusuk maupun kain sarung sutera atau lipa sabbe dengan warna dan corak yang beragam. Namun pada umumnya, warna dasar sarung Makasar adalah hitam, coklat tua, atau biru tua, dengan hiasan motif kecilkecil yang disebut corak cadii.
Sama halnya dengan pria, wanita makasar pun memakai berbagai perhiasan untuk melengkapi tampilan busana yang dikenakannya Unsur perhiasan yang terdapat di kepala adalah mahkota (saloko), sanggul berhiaskan bunga dengan tangkainya (pinang goyang), dan anting panjang (bangkarak). Perhiasan di leher antara lain kalung berantai (geno ma`bule), kalung panjang (rantekote), dan kalung besar (geno sibatu), dan berbagai aksesori lainnya. Penggunaan busana adat wanita Makasar yang lengkap dengan berbagai aksesorinya terlihat pada busana pengantin wanita. Begitu pula halnya dengan para pengiring pengantin, hanya saja perhiasan yang dikenakannya tidak selengkap itu.






MAKANAN KHAS KOTA MAKASSAR

1. Coto Makassar


Masakan khas daerah berupa sop berkuah dengan bahan-bahan dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging sapi atau kuda, dimasak dengan bumbu sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, garam yang sudah dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, dan kacang. Pada umumnya Coto Makassar disajikan/dimakan bersama ketupat.


2. Pisang Eppe'



Makanan khas daerah yang terbuat dari pisang kepok yang mengkal, dibakar dan dipipihkan. Pisang Epe’ disajikan dengan kuah air gula merah yang biasanya telah dicampur dengan durian atau nangka yang aromanya dapat membangkitkan selera.

3. Pallu Butung




Terbuat dari pisang yang sudah dipotong-potong, dimasak dengan santan yang diberi tepung terigu, gula pasir, vanili, serta sedikit garam dan disajikan dengan es serut dan sirop merah.


4. Konro



Masakan khas daerah yang disajikan berupa sop berkuah maupun dibakar dengan bahan-bahan dasar seperti tulang rusuk sapi atau kerbau, dimasak/dibakar dengan bumbu ketumbar, jintan, sereh, kaloa, bawang merah, bawang putih, garam, vitsin yang sudah dihaluskan. Sop Konro pada umumnya disajikan/dimakan bersama nasi putih dan sambal.


Sumber: Diakses pada tanggal 24 September 2014 pukul 20:16 http://rossydiahmad.wordpress.com/2010/10/08/10-ciri-khas-makassar/

Sumber: Diakses pada tanggal 24 September 2014 pukul 19:57 http://makassarcitynur.blogspot.com/

Sumber: Diakses pada tanggal 24 September 2014 pukul 20:01 http://fajrinarif.wordpress.com/2012/11/26/kebudayaan-daerah-makassar/

Sumber: Diakses pada tanggal 24 September 2014 pukul 20:06 http://portalbugis.wordpress.com/shopping/makanan-khas/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar